Danantara dan RDIF Rusia Akan Rilis Platform Investasi Rp37,6 Triliun

Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) bersama Russian Direct Investment Fund (RDIF) menyepakati peluncuran Russia-Indonesian Danantara National Investment Platform (RIDNIP) dengan dana awal sebesar €2 miliar atau sekitar Rp37,6 triliun (kurs Rp18.822/€). Penandatanganan dilakukan oleh CEO masing-masing, Rosan Roeslani dan Kirill Dmitriev, yang disaksikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Vladimir Putin dalam Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg pada 19-20 Juni 2025. 

RIDNIP difokuskan untuk mendanai perusahaan-perusahaan strategis di kedua negara, mencakup sektor energi (terutama energi terbarukan), infrastruktur digital, manufaktur canggih, mineral kritis, dan pertanian. CEO Danantara menyebut bahwa inisiatif ini dirancang untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan mempercepat transformasi industri lewat inovasi dan pengembangan teknologi bilateral. 

Platform ini akan menjadi wadah transfer teknologi dan pengetahuan industri, meliputi penelitian terapan dan pengembangan solusi canggih. Tujuannya adalah menciptakan nilai berkelanjutan melalui kolaborasi jangka panjang, mempercepat pengembangan ekosistem inovatif, dan meningkatkan kemandirian teknologi di sektor-sektor penting seperti ketahanan pangan dan manufaktur maju. 

Perjanjian disebut sebagai tonggak penting dalam strategi mobilisasi modal Danantara untuk prioritas nasional jangka panjang. RDIF memandang kerja sama ini sebagai peluang besar untuk perluasan investasi bilateral, khususnya di sektor energi, infrastruktur, dan pertanian, sekaligus komitmen untuk mendorong inovasi dan daya saing global kedua negara.

Secara ekonomi makro, peluncuran RIDNIP sejalan dengan teori pertumbuhan modern yang menyatakan bahwa investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) dapat meningkatkan stok modal dan produktivitas nasional. Seperti dijelaskan oleh Gregory Mankiw, FDI memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara, terutama ketika investasi tersebut disertai dengan transfer teknologi dan peningkatan efisiensi tenaga kerja. Meskipun sebagian keuntungan akan kembali ke investor asing, negara penerima tetap memperoleh manfaat jangka panjang berupa peningkatan output, inovasi, dan infrastruktur. Selain itu, berdasarkan model Harrod-Domar yang dibahas oleh Todaro dan Smith, FDI juga berfungsi untuk menutupi kesenjangan antara tabungan domestik dan kebutuhan investasi nasional (saving-investment gap), serta defisit devisa (foreign-exchange gap). Hal ini menjadikan investasi asing seperti RIDNIP sebagai alat penting dalam mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan. 

Dari sudut pandang ekonomi mikro, platform ini juga mencerminkan penerapan teori keunggulan komparatif, di mana masing-masing negara fokus pada sektor yang menjadi kekuatannya. Indonesia, misalnya, memiliki potensi besar di sektor agrikultur dan energi terbarukan, sementara Rusia unggul dalam hal teknologi dan logistik industri. Kolaborasi ini diharapkan menciptakan efisiensi produksi dan peningkatan kualitas output kedua negara. Lebih lanjut, FDI melalui RIDNIP berpotensi menimbulkan efek limpahan (spillover) teknologi bagi pelaku usaha lokal. Todaro dan Smith menekankan bahwa investasi asing yang sehat dapat memperkuat kapasitas manajerial dan teknis perusahaan domestik melalui persaingan dan kolaborasi, sekaligus membuka akses ke rantai nilai global. 

Saran dari LitBang 

1. Kepastian Hukum: Perkuat regulasi investasi dan perlindungan aset agar iklim usaha tetap stabil dan atraktif bagi investor asing. 

2. Fokus Sektor Prioritas: Alokasikan dana ke sektor high-impact seperti energi hijau, pertanian modern, dan hilirisasi industri. 

3. Transfer Teknologi: Wajibkan alih teknologi melalui riset bersama dan pelatihan SDM lokal. 

4. Libatkan UMKM & Start-up: Fasilitasi skema pembiayaan agar manfaat investasi menyebar ke sektor grassroot. 

5. Monitoring Ketat: Terapkan evaluasi berbasis kinerja (performance-based) untuk menghindari inefisiensi. 

6. Diversifikasi Mitra: Jaga fleksibilitas geopolitik dengan membuka ruang kerja sama ke negara mitra lain yang netral.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KABINET CAKRANETHA 2024 / LOGO BIDANG DAN BIRO

[INTRODUCTION OUR CABINET]

ALEKS ~ MASKOT HMJ-IE