LIFE INSPIRATION
LIFE INSPIRATION
SEORANG MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER SEORANG ANAK PETANI YANG MENJADI CALON DOKTER
Dilansir laman Unej, mahasiswi yang biasa
dipanggil Eli tersebut adalah putri ke-2 dari pasangan Suyono yang sehari-hari
bekerja sebagai petani, dan ibunya Surip yang menjadi ibu rumah tangga di Desa Kesilir,
Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember.
Untuk kehidupan sehari-hari, bapaknya harus
menyewa lahan seluas kurang lebih 180 meter persegi untuk ditanami padi di
musim hujan dan jagung di musim kemarau. Terkadang juga mengadu keberuntungan
dengan menanam tembakau.
Namun, jika lagi enggak mampu menyewa lahan,
Suyono menjadi buruh tani untuk menghidupi kebutuhan keluarganya yang tinggal
di desa tersebut.
Berprestasi sejak SMA
Keadaan orang tua Eli enggak lantas
menyurutkan semangatnya untuk berprestasi. Dia langganan menempati peringkat
pertama secara paralel di sekolahnya.
Prestasinya yang moncer selama bersekolah di
SMAN Ambulu Jember membuat Eli dipercaya mendapatkan beasiswa Bidikmisi pada
2016 saat masuk ke Universitas Jember melalui jalur Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Kala mengikuti SBMPTN, Eli mantap memilih
Fakultas Kedokteran sebagai pilihan pertama, disusul Fakultas Kedokteran Gigi
sebagai pilihan selanjutnya.
Awalnya dia sempat ragu juga dengan masalah
biaya ketika memilih Fakultas Kedokteran. Namun orang tuanya sangat mendukung.
Bapaknya aktif mencari informasi biaya kuliah kepada para petugas kesehatan,
kenalan, bahkan kepada kakak kelas yang sudah kuliah.
"Sejak kecil saya bercita-cita bekerja di
bidang kesehatan, khususnya dokter karena menurut saya profesi di bidang
kesehatan itu mulia karena tugasnya menolong orang," tuturnya.
Sering Belajar Saat Subuh
Rajin membaca catatan kuliah dan buku yang
direkomendasikan oleh dosen menjadi kewajibannya sehari-hari, selain berdiskusi
dengan sesama kawan di kampus.
Mahasiswa penerima Bidikmisi itu terbiasa
belajar saat dini hari menjelang subuh agar lebih konsentrasi. Eli belajar
sungguh-sungguh supaya harapan orang tuanya untuk menjadi terwujud, apalagi belum ada warga di desanya
yang menggeluti profesi itu.
Prestasi Eli selama kuliah juga enggak
mengecewakan. Dia pernah menjadi juara pertama literatur review bidang
kedokteran yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Malang, sampai juara ke-3 karya ilmiah poster bidang kedokteran
yang digelar oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Eli juga aktif di organisasi mahasiswa yang
gemar meneliti di kampusnya. Meski sibuk, dia tetap mampu menyelesaikan
kuliahnya dalam kurun waktu 4 tahun 1
bulan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,71.
Tetap Bantu Orang Tua Bertani
Namun, kesibukan menjalani kuliah, enggak
membuat Eli absen membantu orang tua setiap kali ada kesempatan pulang kampung
ke Desa Kesilir. Dia juga turun langsung membantu orang tuanya di lahan sawah
yang disewa bapaknya.
Jika saat panen tiba, Eli enggak malu ikut
memanen padi atau jagung. Ketika sedang menanam tembakau, dia juga ikut memetik
daun di pagi hari kemudian diteruskan
pada sorenya dengan mempersiapkan untuk
proses dikeringkan.
Sementara jika belum panen, Eli ikut
membersihkan rumput dan gulma di sawah agar tanamannya enggak mudah terserang
hama atau penyakit.
Bercita-cita Mengatasi Permasalahan
Kesehatan Petani
Ia bersyukur dapat kuliah di Fakultas
Kedokteran Unej yang fokus pada Agromedis seputar kesehatan masyarakat
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.
Eli paham betul masyarakat agraris memiliki
permasalahan kesehatan yang berbeda dengan komunitas lain. Termasuk belum
tumbuhnya kesadaran di kalangan petani untuk menggunakan pelindung dalam
bekerja di lahan.
Ia berharap ilmu yang sudah diterima di bangku
kuliah dapat disumbangkan untuk kemaslahatan petani, termasuk untuk warga Desa
Kesilir yang merupakan tanah kelahirannya.
Lebih lanjut, Eli berpesan kepada adik
kelasnya yang berasal dari keluarga kurang mampu agar enggak putus asa dalam
meraih cita-cita.
"Saya hanya berpesan bahwa apa pun
keadaanmu, jangan takut untuk memiliki dan mewujudkan cita-cita, harus percaya
diri, gali passion masing-masing, serta selalu berprasangka baik kepada Allah
SWT. Insyaallah akan selalu ada jalan," tutupnya.
MAKNA : jangan takut untuk memiliki dan
mewujudkan cita-cita, harus percaya diri, gali passion masing-masing, serta
selalu berprasangka baik kepada Allah SWT. Insyaallah akan selalu ada jalan.
Sumber :
https://kumparan.com/millennial/kisah-inspiratif-eli-anak-petani-yang-jadi-calon-dokter-1vDxwagpJmk
Komentar
Posting Komentar