LIFE INSPIRATION


 Mahasiswa Tunanetra Berprestasi

Prasetya Nugraha



Hallo Sobat Ekonomi Pembangunan!!

Sudahkah kamu bersyukur hari ini? Bersyukur merupakan cara sedehrana berterima kasih kepada Tuhan atas anugerah-nya yang tidak terhingga. Terlepas dari problematim hidup yang hadir silih berganti, tidak pantas bagi seorang manusia memilih jalan putus asa dan menyangkal akan takdir-Nya.

Kali ini kita akan memberikan suatu kisah inspiratif bertemakan pendidikan. Pendidikan sendiri merupakan suatu proses pembelajaran, keterampilan, dan kebiasaan manusia yang diwariskan dari satu generasi ke generasi melalui proses pengajaran, pelatihan, dan penelitian  

Kisah inspiratif kali ini mengenai seorang anak muda bernama Prasetyo Nugroho kelahiran Klaten pada 14 Februari 2000. Sosok inspiratif yang lahir dengan latar belakang keluarga sederhana dengan kondisi kedua orangtuanya broken home sejak beliau kecil. Sehingga, Pras mendapatkan pola pengasuhan yang keras. Hal tersebut terjadi ketika Pras kecil melakukan kesalahan, ibunya bisa membentak atau bahkan memukul tanpa memberi penjelasan. Meskipun tujuan pengasuhan tersebut untuk memandirikan anak, namun efeknya memengaruhi mental Pras hingga dewasa ini. Pras tumbuh menjadi pribadi yang lebih sensitif dan mudah merasa bersalah.

                Selain menjadi korban broken home, Pras mengaku sejak kecil dirinya tidak memiliki teman. Ia pun pernah menjadi objek bullying saat duduk di bangku sekolah. Kedisabilitasan tunanetra juga menghadirkan ragam tantangan, di antaranya masalah orientasi mobilitas, kesulitan berinteraksi dengan orang lain, serta mendapatkan judge negatif akibat stigma.

 

            Dengan kondisi yang sedang dilalui, beliau melaluinya dengan memainkan alat musik untuk menghibur dirinya sendiri. Ketika usia Pras menginjak 2 tahun, ibunya memberi kado piano kecil bertenaga baterai. Berawal dari kebiasaan memainkan piano menghantarkannya pada ketertarikan di bidang musik. “Music is my life. Setiap suasana hati yang tercermin dalam hidup aku curahkan dengan bermusik, entah memainkan alat musik atau hanya sekadar mendengarkannya. Setidaknya musik dapat membuat hati rileks dan pikiran tenang. Selain itu, musik tidak hanya kujadikan sebagai keterampilan dan bakat. Musik dapat kumanfaatkan dengan caraku sendiri seperti mengiringi ibadat di gereja, mengisi acara tertentu, atau sekadar mencari uang jajan. Dari situ aku mulai mencintai musik. “Teman hidupku ini (musik) ternyata lebih berguna dari kedua mataku,” tutur Pras.

 

Kisah inspiratif berlanjut dengan semangat Pras yang tidak padam. Tercatat dirinya menempuh pendidikan formal di sekolah luar biasa (SLB) mulai dari jenjang TK, SD, dan SMP. Saat duduk dibangku SMP Di selain pras menyukai bermusik, Pras tertarik dengan permainan catur. Baginya catur merupakan hobi kedua setelah bermusik dan hampir setiap hari dia berlatih catur dengan kakeknya. Seiring berjalannya waktu, berkat dukungan dan bimbingan dari guru, orang tua, teman-teman, serta kerabat, Pras bisa menjuarai pertandingan catur tingkat nasional pada tahun 2014 di Jakarta. Pras mendapat juara 3 dan berhasil membawa medali perunggu pada cabang catur. Momen tersebut adalah kenangan berharga yang tidak akan terlupakan baginya. Untuk pertama kalinya dia bisa mengharumkan nama Jawa Tengah.

 Kemudian Pras melanjutkan sekolah di SMA Pangudi Luhur Don Bosko, Semarang, selama satu setengah tahun. Karena lain dan suatu hal, Pras memutuskan pindah ke SMA lain di sisa waktu berikutnya. Selama SMA, Biarawatilah yang mengasuh Pras. Sampai saat ini bunda masih mengasuh dan membimbing Pras khususnya dalam pelayanan gereja dan membantu mempersiapkan hidup mandiri. Setelah lulus SMA, Pras mencoba peruntungan di universitas. Namun, saat itu Tuhan belum mengizinkannya kuliah sehingga mengharuskan untuk gap year.

Setelah Pras melewati proses panjang, tepat pada tanggal 31 Juli 2019. Universitas Sebelas Maret menyatakan bahwa Pras diterima sebagai mahasiswa baru Tidak mudah bagi Pras untuk menerima takdir Tuhan sebagai tunanetra. Hingga pada satu titik kehidupan, ia merasa perlu untuk menerima keberadaannya secara utuh. Waktu mengajarkan Pras arti penerimaan diri sendiri dan pentingnya berdamai dengan keadaan.

Penting bagi manusia memiliki pengharapan, sekali pun persentasenya mungkin kecil. Pras berharap bisa melihat dengan kedua matanya (jika diizinkan Tuhan) walaupun hanya satu menit saja. Dirinya juga berharap bisa seperti Stevie Wonder, seorang maestro dan pianis tunanetra. Pras menyampaikan pesan yang bisa melecutkan semangat generasi milenial khususnya yang saat ini tengah bimbang oleh pencarian jati diri. “ Selagi bumi masih berputar tidak ada alasan yang dibenarkan untuk menyerah,” Katanya.

Dari kisah inspiratif ini kita belajar, setiap manusia memiliki potensi diri masing-masing. Penting untuk senantiasa bersyukur akan pemberian Tuhan, karena apa yang diberikan Tuhan tidak akan salah dan pasti itu yang terbaik untuk diri kita sendiri, selebihnya tinggal menikmati dan menjalani proses kehidupan. Dalam menjalani kehidupan kita tidak boleh menyerah, kita harus selalu berusaha dan tidak boleh merasa insecure atau membanding bandingkan diri kita dengan orang lain karena setiap manusia pasti diciptakan dengan kekurangan dan kelebihan masing-masinng. jadi keterbatasan tidak boleh dijadikan penghalang untuk meraih sebuah kesuksesan.

 

Sumber: https://www.yaasmin.or.id/kisah-inspiratif-mahasiswa-tunanetra-cetak-prestasi-tingkat-nasional-hingga-piawai-bermainmusik/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KABINET CAKRANETHA 2024 / LOGO BIDANG DAN BIRO

[INTRODUCTION OUR CABINET]

ALEKS ~ MASKOT HMJ-IE