Rupiah Melemah Nyaris Sentuh 17 Ribu Per Dolar As


Rupiah Melemah Nyaris Sentuh 17 Ribu Per Dolar AS

        Nilai tukar rupiah yang melemah menjadi perbincangan hangat menjelang akhir bulan April 2025 ini dengan kondisi rupiah yang terus melemah di rentang Rp16.860 – Rp16.940. Perlemahan rupiah di tengah kekecewaan pasar dipicu oleh kebijakan moneter Amerika Serikat (AS ) setelah presiden Donald Trump mengumumkan rencana merombak Federal Reserve dan diperparah dengan ketegangan perdagangan antara AS - China yang terus meningkat. Adanya peringatan keras dari Tiongkok kepada negara-negara yang mempertimbangkan perjanjian dagang dengan AS yang dapat merugikan kepentingan Tiongkok menyebabkan neraca perdagangan Indonesia ke depannya masih diliputi ketidakpastian terutama akibat dari meningkatnya risiko perlemahan permintaan ekspor serta pergeseran permintaan domestik. Dalam perspektif ekonomi makro, kasus seperti ini tertuang dalam teori Mundell-Fleming atau yang lebih dikenal sebagai model IS-LM-BP. Model ini menggabungkan tiga pasar utama yaitu pasar barang atau Investment Saving (IS), pasar uang atau Liquidity Money (LM) dan Neraca Pembayarann (BP) untuk menganalisis perekonomian terbuka dalam jangka pendek yang menjelaskan bahwa dalam ekonomi terbuka berkaitan erat dengan mobilitas modal, kebijakan moneter dan fiskal yang dapat mempengaruhi nilai tukar.

        Menurut Pengamat uang, Ibrahim Assuaibi, adanya eskalasi perang dagang akibat penerapan tarif respriokal oleh Donald Trump kepada mitra dagangnya termasuk Indonesia dapat dinilai menyebabkan perlemahan permintaan dari mitra dagang utama seperti China, AS dan Uni Eropa sehingga menurunkan volume ekspor, khususnya di sektor manufaktur dan berbasis sumber daya alam. Melemahnya rupiah bukan sekadar angka, namun juga berdampak dalam kehidupan sehari-hari antara lain kenaikan harga brang impor termasuk barang-barang kebutuhan pokok dan energi, beban utang luar negeri pemerintah dan korporasi menjadi lebih berat serta ketidakpastian ekonomi yang berpengaruh terhadap lapangan pekerjaan dan pendapatan. Sebagai responsnya, Bank Indonesia (BI) berupaya mempertahankan suku bunga acuan di 5,75 % untuk menstabilkan rupiah di tengah tekanan eksternal dan internal. Bank Indonesia (BI) juga melakukan intervensi di pasar valuta asing dan obligasi untuk mendukung nilai tukar.

Saran Litbang :
Untuk menghadapi perlemahan rupiah, pemerintah perlu memperkuat koordinasi kebijakan fiskal dan moneter guna menjaga stabilitas ekonomi dan daya beli masyarakat. Selain itu, divertifikasi pasar ekspor sangat penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap negara mitra utama seperti AS dan China serta medorong ekspor ke kawasan Asia Selatan, Afrika, dan Timur Tengah serta adanya insentif bagi industri lokal untuk memproduksi barang pengganti terutama di sektor energi dan pangan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KABINET CAKRANETHA 2024 / LOGO BIDANG DAN BIRO

[INTRODUCTION OUR CABINET]

ALEKS ~ MASKOT HMJ-IE