ECONOMIC MONTHLY INSIGHT

Invasi serangan yang dilakukan Russia ke Ukraina pada Februari 2022 memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi di Eropa. Kawasan dengan tingkat Pendapatan Domestik Bruto (PDB) terbesar ke- 3 dunia terancam mengalami "krisis ganda" walau berpotensi mampu menghindari dari risiko resesi. Perang Rusia-Ukraina membuat Uni Eropa harus mengalami dua krisis sekaligus yakni, krisis geopolitik dan ekonomi. PDB kuartalan Uni Eropa konsisten turun dalam lima kuartal berturut-turut. Per kuartal-II 2023, PDB Uni Eropa hanya bertumbuh 0,6% (yoy). Sejumlah negara kuat di Uni Eropa bahkan mengalami kontraksi atau resesi. Belanda sudah mengalami resesi sementara Italia dan Swedia sudah mencatat kontraksi ekonomi pada kuartal II-2023.

Jerman sebagai motor ekonomi Eropa mencatatkan pertumbuhan stagnan dan berdiri di jurang resesi. Dari segi geopolitik, invasi Rusia ke Ukraina pada bulan Februari tahun lalu memicu hubungan antar negara yang kurang baik. Hal ini berdampak pada kebijakan perang pengaruh terhadap negara afiliasi yang mendukung Ukraina. Di sisi lain, permasalahan ini juga menimbulkan kekhawatiran serius di Eropa bahwa kawasan tersebut akan mengalami perlambatan ekonomi yang signifikan. Pasalnya, serangan tersebut menyebabkan gangguan rantai pasok energi, mengingat Rusia sebagai salah satu negara pemasok energi terbesar global. Eropa yang terancam dari gangguan energi harus mengamankan pasokan energi alternatif, yang hingga saat ini sebagian besar juga berasal dari Rusia. Masalah ini mendorong beberapa negara Eropa memberikan keringanan kepada konsumen yang menghadapi tingginya biaya energi.

Uni Eropa menggantungkan 70% pasokan batu bara thermal dan 40% pasokan gas kepada Rusia. Uni Eropa juga mengimpor gandum dalam komoditas pangan dalam jumlah besar dari Rusia dan Ukraina sehingga perang membuat harga makanan di kawasan tersebut terbang. Alhasil, inflasi pun terbang. Efek resesi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa akan berpengaruh kepada Indonesia, terutama jalur perdagangan. Jika Eropa dan Amerika resesi yang melakukan ekspor ke Eropa dalam jumlah besar adalah China. Serta partner ekspor terbesar Indonesia adalah China. Apabila China slowdown, maka permintaan dan harga komoditas akan turun. Kondisi ini ditandai dengan turunnya harga minyak, CPO,nikel, dan timah.

Krisis di Eropa perlu di waspadai karena memiliki tiga dampak bagi Indonesia. Pertama, transmisi dari efek moneter kerena inflasi yang tinggi, suku bunga naik membuat investor global melakukan pengalihan aset ke instrumen berdenominasi. Kedua, transmisi perdagangan dimana pelemahan permintaan di Eropa baik bahan baku maupun barang konsumsi membuat prospek ekspor Indonesia terpengaruh. Hal ini terjadi moderasi juga pada harga komoditas contohnya harga sawit kembali keposisi Juni 2021. Ketiga, transmisi dari penurunan pendapatan berbagai sektor dibarengi dengan efek psikologis konsumen yang menahan belanja mengakibatkan guncangan. Sebagai contoh, pembeli rumah menggunakan KPR di dalam negeri terdampak oleh naiknya tingkat suku bunga pinjaman. 

Sumber Referensi : 

  • https://www.cnbcindonesia.com/research/20230904153639-128-469002/malapetaka-baru-krisis-ganda-hantam-uni-eropa?_gl=1*1nlaskr*_ga*c2JKdmQxX1B0djF2NXE3R3lMdEpaMGUwaURoQlhqLUJZTGtvbjlWWkpNVzlKdnk1S1FxNEJkVm92bDZLVWdSUA 
  • https://www-imf-org.translate.goog/en/Blogs/Articles/2022/04/21/blog042222-eurreo-war-in-ukraine-is-serious-setback-to-europe-economic-recovery%20?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
  • https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2023/06/10/resesi-eropa-tidak-berpengaruh-signifikan-terhadap-perekonomian-indonesia https://www.uii.ac.id/dampak-konflik-rusia-ukraina-terhadap-perdagangan-internasional/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ECONOMIC MONTHLY INSIGHT

DATA INSIGHT