LIFE INSPIRATION
DISABILITAS YANG MEMILIKI BANYAK PRESTASI
Hallo Sahabat Ekonomi Pembangunan, kisah
inspiratif kali ini datang dari Seseorang penyandang disabilitas yang tak kenal
pantang menyerah dan putus asa atas keterbatasannya dan berhasil meraih
segudang prestasi dalam dunia atlet Indonesia. Bagaimana kisah inspiratif yang
di sampaikan oleh Nanda Mei Sholihah, yuk simak di bawah ini!
Nanda Mei dilahirkan di Kediri pada tanggal 17
Mei 1999. Ia merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Sempat ditolak ketika
hendak mau masuk TK karena perbedaannya, Nanda akhirnya bisa masuk TK ABA VII
Kediri. Semenjak kecil Nanda memang tak pernah diperlakukan beda oleh orang
tuanya. Karena itulah ia selalu disekolahkan di sekolah umum seperti anak-anak
lainnya
Nanda
Mei Sholihah merupakan satu dari 300 atlet difabel dari kontingen Indonesia.
Sebagai seorang yang terlahir tanpa setengah lengan kanan, membuatnya tumbuh
menjadi pribadi yang kuat. Banyaknya penolakan yang ia alami justru
mengantarkannya pada puncak keberhasilan.
Nanda
Mei Sholihah merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Fakultas Keolahragaan (FKOR) Universitas Sebelas Maret (UNS).
Berbagai
medali telah diperoleh Nanda dari banyak ajang olahraga di tingkat nasional
maupun internasional. Di antaranya medali emas ASEAN Youth Para Games 2013,
medali perak dan perunggu ASEAN Para Games 2014, tiga medali emas ASEAN Para
Games 2015, serta tiga medali emas di ASEAN Para Games 2017.
Nanda mengawali keriernya dalam dunia olahraga
ketika Ia menginjak usia 11 tahun. Saat itu, ketua National Paralympic
Committee (NPC) Kota Kediri sedang mencari generasi atlet baru untuk dibina.
Ketua NPC Kota Kediri bahkan datang langsung ke kediaman Nanda untuk
mengajaknya bergabung bersama NPC Kediri.
“Waktu
itu beliau nyari tau informasi tentang aku, terus ke rumah. Aku yang masih awam
sama dunia olahraga ditawarin sama beliau, terus kata Ibu dicoba dulu, siapa
tau rezeki aku,” ungkap Nanda, dikutip laman UNS, Jumat (16/9/22).
Mulai
sejak saat itu, setiap hari Sabtu dan Minggu Ia diantar oleh ayahnya untuk
latihan di lapangan Bawang Pesantren, Kediri. Bergabungnya Nanda dengan NPC
Kota Kediri juga bertepatan dengan akan diadakannya kejuaraan daerah Walikota
Cup Surabaya tahun 2010.
Dalam
kompetisi ini, Nanda meraih medali emas pertamanya dalam dunia olahraga. Saat
itu, ia mendapat emas pada nomor 100 meter, 200 meter, dan lompat jauh. Sebuah
prestasi luar biasa yang diraih Nanda dalam mengawali kariernya di dunia
olahraga, mengingat usianya saat itu masih 11 tahun
Masa kecil Nanda ternyata dipenuhi dengan
perlakuan diskriminatif. Yang paling membekas di benaknya, ketika ia ditolak
saat ingin mendaftar sekolah di taman kanak-kanak.
“Pas
kecil, aku merasa dibedakan, nggak boleh inilah, nggak boleh itulah. Bahkan aku
sempat ditolak sekolah karena kondisiku,” kenangnya.
Bagi
sekolah tersebut, tidak seharusnya Nanda mendaftar di sana. Pihak sekolah
justru menyarankan untuk didaftarkan di Sekolah Luar Biasa (SLB).
“Dulu
orang tua sampai menggendong aku ke sana ke mari karena ditolak sekolah. Aku
tuh ngerasa emosi, sedih, marahnya sampai sekarang sebenarnya masih ada,”
ungkapnya.
Namun
keluarga Nanda pantang menyerah. Keinginan keras untuk menyekolahkan sang anak
di sekolah yang diisi oleh anak-anak tanpa keterbatasan fisik akhirnya berbuah
manis karena Nanda melewati masa sekolah dasar hingga menengah atas di sekolah
biasa.
“Aku
juga pernah diperlakukan beda sama anak-anak lain, nah di situ aku nggak suka
sebenarnya. Padahal kan temen-temen disabilitas nggak perlu dikasihani, nggak
perlu dibedakan, mereka hanya butuh akses saja. Jadi biarin mereka ngelakuin
apa saja. Sebenarnya mereka bisa, cuma kurang akses saja. Jadi mau keluar saja
nggak mau, malu kayak gitu kan,” imbuhnya.
Dengan
usaha yang telah dilalui Nanda, kunci untuk bisa bangkit dan berusaha
menunjukkan yang terbaik adalah dorongan dari pihak keluarga, khusunya orang
tua yang menjadi motivasi utama bagi seorang Nanda untuk terus berprestasi.
“Orang
tua sangat mendukung perjalananku di dunia olahraga, emang dari awal orang tua
yang menyarankan juga. Malah setiap hari aku selalu diantar latihan sama ayah
setelah pulang dagang,” pungkasnya.
Nanda
berharap semoga dirinya dapat bermanfaat bagi orang lain serta menginspirasi banyak orang.
“Semoga
bisa menginspirasi teman-teman, kayak ayok loh lihat ke aku, disabilitas enggak
yang gitu-gitu aja. Lakuin apa yang membuat kalian senang, selagi itu positif
lakuin aja ga papa. Terutama buat teman-teman disabilitas, semua orang punya
kelemahan dan kelebihan masing-masing. Ketika kita tahu punya kelebihan, kita
bisa asab kelebihan itu buat nutupin kelemahan itu,” pesannya.
“Kami
yang disabilitas aja bisa kenapa kalian enggak,” tutup peraih emas Asean Para Games 2017.
Dan
pada Agustus 2022, Nanda Mei Sholihah menjadi salah satu penyumbang emas
terbanyak dari atletik ASEAN Para Games (APG) 2022 Solo usai membawa
pulang medali emas ketiga setelah menjadi yang terbaik di nomor lari 400 meter
T47.
Berlaga
di lintasan lari Stadion Manahan, Surakarta, Nanda Mei Sholihah sukses
membukukan catatan waktu satu menit 3,160 detik. Sedangkan perak
direbut atlet Thailand Sasirawan dan medali perunggu direbut wakil
Myanmar, Nandar.
"Saya
memang sempat ragu saat turun di 400 meter. Kan beda dengan 100 dan 200 meter.
Tapi alhamdulillah bisa memberikan yang terbaik. Terima kasih atas
dukungannya," kata Nanda Mei Sholihah, dikutip Antara.
Makna dari life inspiration kali ini yaitu setiap manusia
masing-masing memiliki keterbatasan dalam diri mereka, tetapi dengan
keterbatasan yang kita miliki janganlah kalian merasa bahwa diri kita lemah,
dengan kekurangan yang kita miliki pasti terdapat kelebihan tersendiri dalam
diri kita, dan janganlan merasa putus asa dan langsung menyerah pada keadaan, dan
dukungan dari orang-orang terdekat kita juga sangatlah penting terutama
dukungan dari orang tua kita yang ingin melihat kita bahagia dan sukses
nantinya.
Komentar
Posting Komentar